Tahun ini masih sedikit film Animasi yang keluar. The Croods yang rilis pada bulan maret kemarin pun cukup menghibur dan memberikan cerita yang hangat. Kali ini giliran 20th Century Fox yang bekerja sama dengan BlueSky Studios yang pernah merilis film animasi Ice Age merilis film Animasi mereka Berjudul Epic. Epic pun ditangani Sutradara Chris Morgan yang pernah membawa Ice Age mendapatkan nominasi Oscar dalam kategori Best Animated Feature.
Menceritakan Mary Katherine atau biasa di panggil MK (Amanda Seyfried) yang sedang berlibur ke rumah ayahnya di sebuah hutan. Pada suatu ketika, dia berencana untuk kabur dari rumah Ayahnya. Hingga akhirnya dia menemukan sebuah bunga jatuh yang ternyata adalah seorang makhluk bernama Queen Tara (Beyonce Knowles) yang telah diserang oleh Mandrake (Christoph Waltz).
Hingga akhirnya MK pun berubah menjadi kecil dan masuk ke Dunia Tumbuhan dimana dia pun mendapat tugas dari Queen Tara yang sudah meninggal untuk menjaga kelopak bunga milik Queen Tara yang bisa menjauhkan dan menghidupkan Hutannya. Bersama Ronin (Colin Farrell) serta Nod (Josh Hutcherson) mereka menjaga kelopak itu agar tetap hidup.
Is not that Epic like its Title.
BlueSky Studios bisa dibilang baru di dunia studio film-film animasi. Tak seperti Dreamworks Animation, Disney Studio, dan juga yang paling tinggi kasta nya yaitu Pixar Studio. Tetapi BlueSky Studios tetap memberikan film-film animasi yang cukup bagus dan menghibur. Sayangnya, terkadang animasi-animasi buatan BlueSky Studio hanya memberikan kesan Fun saja. Contohnya Ice Age dengan keempat serinya. Mungkin seri Ice Age pertama mampu memberikan kualitas yang juga tak disangka masuk ke dalam Nominasi Best Animated Feature di Oscar tahun 2002. Meski seri-seri selanjutnya Ice Age pun mengecewakan dari segi kualitas.
Pada tahun ini, Chris Wedge yang menyutradarai film Ice Age (Seri Pertama saja), serta Robots ini mengeluarkan sebuah film animasi berjudul Epic. Epic sendiri diambil dari Buku milik William Joyce yang berjudul The Leaf Man and The Brave Good Bugs. Epic sendiri mengingatkan kita dengan gaya cerita film animasi milik Dreamworks Animation yaitu Rise Of The Guardians. Well, tak usah bingung, karena Rise Of The Guardians juga di adaptasi dari novel karangan William Joyce juga. Dengan berbagai jalinan cerita penuh aksi dengan gambaran-gambaran animasi yang cukup Indah. Meskipun tak memberikan Animasi yang bakal membuat kita terperangah layaknya keluaran Disney Pixar.
Epic layaknya sebuah selipan ditengah-tengah gempuran film blockbuster yang penuh ledakan dan aksi tembak-tembakan. Mungkin ini akan menjadi alternatif bagi penonton yang masih anak-anak yang juga sedang menikmati masa liburan musim panas mereka. Dengan Trailer yang cukup menggugah selera, tak salah jika Epic pun cukup dinanti-nantikan berbagai kalangan. Hanya Saja, Chris Wedge seperti kurang memaksimalkan potensi yang dipunyai oleh Epic. Sehingga film ini pun tak se-epic judulnya. Kurangnya penanganan yang baik hingga akhirnya 100 menit film ini kurang bisa di nikmati dengan baik.
Epic is all about Fun inside it. So, what are you expect?
Cerita yang ditawarkan oleh Epic sendiri mengingatkan kita pada cerita Arthur And The Minimoys dengan berbagai adegan aksi yang penuh warna layaknya Rise Of The Guardians. Epic sendiri mempunyai cerita yang typical. Nothing different. Semuanya terasa biasa. Ceritanya berjalan terasa lambat dengan pace cerita yang tak diperhatikan. Pertengahan film ini pun melambat dengan konflik yang kurang berkembang dengan pemecahan konflik yang terasa magical dan cheesy. Dengan durasi yang cukup lama, berbagai penggalian karakter pun kurang di lakukan oleh Chris Wedge. Sehingga cerita yang seketika melambat di tengah membuat durasi ini semakin panjang dan kurang efektif dalam story-telling nya dan jelas akan membuat penonton dewasa kurang bisa menerimanya. Belum lagi Adegan aksi lebih minim ketimbang Rise Of The Guardians.
Berbagai Plot Hole pun tak terelakkan di film ini. Berbagai penjelasan tentang karakter-karakter di film ini pun tak dijelaskan dengan baik. Cerita pun lebih terfokus kepada misi yang diberikan kepada Queen Tara kepada MK. Scene pembuka film Epic yang saya kira tak seberapa menjelaskan sesuatu hal yang penting pun rasanya seperti membuang-buang waktu penontonnya. Meski cukup menghibur untuk memaksimalkan efek 3D di film ini. Semua di ganjar cepat di awal film untuk menjelaskan berbagai konflik yang ada di film ini. Hingga tak memperdulikan back stories masing-masing karakter yang cukup crucial di film ini.
Mub and Grub adalah karakter yang lovable di sini. Dibuat menggemaskan dengan berbagai joke yang membuat penontonnya terbahak - bahak yang dilontarkan oleh mereka. Joke-joke film ini pun bisa dibilang masih kekanak-kanakan karena sekali lagi film animasi bidikan pasarnya adalah anak-anak. Terutama slow-motion effect yang lucu di awal-awalnya tetapi berubah annoying karena terlalu sering digunakan. Guyonan nya masih cheesy dan mungkin menyenangkan bagi anak-anak yang menonton film ini. Jadi, mungkin penonton dewasa khususnya saya mungkin akan diam saja dan hanya senyum kecil dengan Joke-joke nya yang kekanak-kanakan di film ini.
Epic pun hanya memberikan sajian film animasi yang hanya memperdulikan unsur Fun yang kuat. Tak ada jalinan cerita yang kuat. Jalinan cerita di film ini pun kurang menghangatkan di berbagai sisi. Meski jelas betul Chris Wedge berusaha sekuat tenaga untuk membuat beberapa scene akan terkesan Heartwarming meskipun tak sekuat film-film animasi lainnya. Epic pun tak pelak hanya menjadi sebuah cerita penuh kesenangan dengan balutan gambar animasinya yang eye popping di mata. Cerita dengan pesan moral yang cukup banyak tentang Lingkungan terutama Hutan yang tak terawat pun terlewatkan begitu saja. Karena penyampaian momen nya yang kurang bertenaga dalam menyampaikannya.
BlueSky Studios memang tak bisa memberikan sebuah desain karakter animasi yang unik. Semuanya typical. Kurang menarik untuk dipandang. Tak ada yang unik. Desain Karakter-nya masih terkesan kaku sehingga kurang meninggalkan bekas. Begitu pun dengan permainan warna di film ini yang saya kira masih kurang berani untuk bereksperimen lebih lagi Warna-warna nya kurang mencolok. Lebih dominan menggunakan warna-warna yang lebih soft. Cukup disayangkan memang karena mengingat Epic juga mempunyai adegan aksi yang cukup banyak sehingga memerlukan warna-warna yang lebih mencolok lagi. Tak seperti Rise Of The Guardians yang menggunakan berbagai warna yang mencolokkan mata sehingga adegan-adegan aksi di filmnya pun terkesan maksimal. Tetapi, berbagai adegan masih menyenangkan untuk di liat. Terutama adegan lari-larian di dalam hutan yang mendukung efek format 3D nya meskipun tak se-maksimal film-film kartun lainnya. Adegan Pop-out yang mungkin bisa di bilang kurang tetapi cukup memberikan sensasi yang bagus dengan gimmick-gimmick 3D yang mungkin masih tak se-norak gimmick 3D yang diberikan oleh Dreamworks Animation.
Cast nya pun penuh dengan bintang-bintang terkenal. Amanda Seyfried, Josh Hutcherson, Colin Farrell, Steven Tyler (vokalis Aerosmith), Christoph Waltz, hingga rapper latin Pitbull pun ikut andil dalam film Epic ini. Beruntung semuanya cukup bisa menyatu dengan karakter-karakter yang ada dengan film ini. Tak ada theme song yang begitu mempunyai hook di film ini. Lagu terakhir yang diputar di film ini dengan suara powerful milik Beyonce pun kurang bisa menarik kuping saya. Tak seperti lagu Shine Your Way milik Owl City yang menjadi theme song film The Croods.
Overall, Epic just care about Fun. Doesn't has A heartwarming story although Chris Wedge try harder to present some sentimental moment in this movie. Not digging up the back stories from the character in this movie which will makes this movie has much Plot Hole. Stiff design character with soft color used that doesn't support the action scene in this movie. Well, Its not EPIC as it title. But, lets enjoy it for Fun. Guilty Pleasure.
Dewasa ini, Film-film animasi pasti di rilis dalam format 3D. Epic pun di rilis dalam format Digital 3D. How's 3D? Is it worth it to every penny spent when you watch this movie on 3D?
BRIGHTNESS
Kecerahan di film ini bisa dibilang sedikit lebih gelap jika disaksikan dalam format 3D ketimbang di saksikan dalam format 2D.
DEPTH
Efek Depth film ini pun masih kurang. Sayang sekali karena berbagai scene di film ini masih bisa lagi di maksimalkan dengan efek kedalaman layar yang bisa lebih luar biasa lagi. Tetapi, terkadang efek Depth nya juga masih terasa.
POP OUT
Epic pun rasanya juga masih malu-malu dalam menghasilkan Efek 3D yang sangat berexperience. Karena efek Pop Out nya pun masih di bilang kurang. Pop Out nya pun kurang berinteraksi dengan penontonnya. Meskipun efek Pop Out nya kurang maksimal. Tetapi, masih cukup banyak pula adegan pop out nya yang masih terasa jika disaksikan dalam format 3D.
Epic ternyata masih layak jika di saksikan dalam format 3D yang mungkin seharusnya bisa dimaksimalkan lagi efek 3D di film ini. Tetapi, jika untuk unsur senang-senang dalam segi cerita dan juga efek 3D. Epic is A choice in this week. Still worth to watch Epic in Digital 3D. Enjoy.