Remake. Satu kata yang sudah lumrah terjadi di industri perfilman, terutama pada industri perfilman
Hollywood. Sudah banyak film-film lama yang melegenda di zamannya akhirnya didaur ulang lagi menjadi satu sajian dengan rasa baru dan juga dengan pandangan yang baru. Akan dengan gampang, sutradara yang berani melakukan
remakedicari letak kesalahannya jika sedikit saja melakukan kesalahan saat menjalani proyek
remake tersebut
Siapa yang tak kenal dengan sosok polisi bertubuh robot? Ya, Robocop. Sosok legendaris di tahun 1987 berasal dari film garapan milik
Paul Varhoeven and yes, Robocop get its remake. Ditangan Josh Padhila, Polisi setengah robot ini diangkat kembali ke layar lebar. Pilihan yang tepat, karena Robocop memiliki pandangan masa depan yang menarik jika akhirnya didaur ulang di zaman yang sudah serba canggih ini. Terlebih, tema futuristik Robocop yang akan lebih terpenuhi di film
remake-nya.
Tetapi, basic Robocop tetap memiliki cerita yang sama dengan film sebelumnya. Bagaimana seorang officerAlex Murphy (Joel Kinnaman) diincar oleh salah satu gembong pencurian senjata tajam milik kepolisian. Ketika dirinya menangani kasus tersebut, hal naas terjadi padanya. Mobil miliknya dipasang alat peledak dan membuat dirinya menjadi cacat di banyak bagian tubuhnya.
Dengan bantuan dari Dr. Norton (Gary Oldman) serta sponsor dari Raymond Sellars (Michael Keaton), Alex Murphy dipasang dengan tubuh robot yang bisa menopang dirinya dan dapat hidup kembali. Tetapi, Raymond Sellars dan omnicorp, perusahaan miliknya, untuk menghapuskan undang-undang yang tidak boleh menggunakan robot di lingkungan masyarakat.
Robocop has a heart
Menggunakan pandangan baru, Josh Padhila terlihat berusaha untuk menjadikan Robocop remake ini lebih menjanjikan ketimbang dengan versi lamanya. Terutama dengan banyaknya fasilitas yang ada di zaman sekarang yang mampu memenuhi tema futuristik dari Robocop ini sendiri. Ditangan David Self, selaku penulis naskah, Robocop memang terlihat berbeda. Disinilah, Robocop diberi sedikit tempat untuk menceritakan hubungan dirinya dengan keluarganya.
Sayangnya, cerita tersebut menjadi tumpang tindih dengan banyak konflik yang ada di film ini. Konflik film ini bukan hanya terpaku pada Robocop dalam menumpas kejahatan, tetapi masih banyak konflik lain yang juga menjadi satu benang merah penting bagi kelangsungan film. Dan disinilah, konsentrasi film Robocop terpecah. Alih-alih ingin memberikan porsi yang sama antara satu konflik dengan konflik lainnya, tetapi malah tumpang tindih dan berkesan dibuat setengah-setengah dalam menuturkan setiap plot yang ada.
Paruh awal yang sudah draggydisetiap adegannya membuat film ini menurun daya tariknya. Kesusahan untuk membuat atmosfir yang kuat di cerita dan masih terlihat susah payah dalam mengolah apa yang coba mereka ceritakan. Barulah setelah 30 menit berlalu, Jose Padhila menemukan ritme ceritanya yang sudah sedikit demi sedikit mulai teratur. Meski tetap tak terelakkan, bagaimana David Self mencoba memberikan sentuhan sisi kekeluargaan dan terlihat memperlihatkan bahwa robot still has a heart ini kurang diperhatikan lagi oleh Jose Padhila. Maka, cerita keluarga yang hangat itu masih kurang memberikan nuansa yang baik di film ini.
Hal tersebut didukung dengan bagaimana Joel Kinnaman dan Abbie Cornish kurang memberikan interaksi dengan baik satu sama lain. Bagaimana mereka masih terlihat hampa dalam menjalin hubungan suami-istri dan itulah yang sangat disayangkan. Mereka masih kurang terkoneksi dan hal tersebut jelas memengaruhi sisi kekeluargaan yang coba David Self tuturkan di film Robocop terbaru ini. Tak ada ikatan yang kuat dan meyakinkan untuk mengangkat hal tersebut, meski beberapa bagian tetap membuktikan bahwa setidaknya Tubuh baja itu masih memiliki hati seorang manusia yang lembut.
Tetapi, bagaimana Jose Padhila akhirnya membuat Robocop ini menjadi salah satu film dengan prosentase menghibur yang sangat tinggi. Robocop memiliki banyak sekali adegan non-stop action yang setidaknya akan menghibur siapa saja. Ledakan sana-sini tetapi tidak terlalu sering dengan kemasan yang lebih elegan. Banyak sekali gambar-gambar indah yang ditangkap oleh Robocop di dalam filmnya dengan penggunaan kamera IMAXyang benar-benar memanjakan mata penontonnya.
Menggunakan teknologi-teknologi canggih yang tak dapat terelakkan lagi bahwa hal tersebut dengan gampang menarik minat penonton. Efek CGI yang tidak berlebihan dan beberapa hal futuristik itulah yang membuat Robocop menjadi film yang menghibur. Entah, aksi-aksi yang mungkin basi itu terlihat sangat menarik untuk dilihat serta beberapa cerita twist and turn yang setidaknya memberikan warna tersendiri di film ini, sehingga terasa straight-forward.
Hal yang menganggu sekali lagi, bagaimana Amerika terkesan menunjukkan keangkuhannya di film ini. Menggunakan beberapa dialog yang digunakan oleh Samuel L. Jackson yang ditunjukkan pada segmen The Novak Element. Masih kurang jelas juga, apa kegunaan segmen The Novak Element untuk kelangsungan film Robocop kali ini. Mungkin menyelipkan beberapa unsur black comedy dan setidaknya menjadi satu segmen agar tidak melulu serius, But hey, ini malah menjadi satu efek minor yang hampir terlihat signifikan bagi filmnya.
Mungkin, salah satu efek nostalgia dengan polisi setengah robot ini adalah tetap menggunakan satu theme song lamanya yang disajikan di bagian opening film. Serta menggunakan soundtrack-soundtrack bernada pop-rock yang juga menjadi salah satu kekuatan yang baik dan pas untuk film ini sendiri. Dimana adegan aksi tanpa henti dan ledakan dimana-mana yang membuat film ini memiliki imej jantan kepada penontonnya.
Overall, Robocop adalah salah satu film remake buatan Hollywood yang masih memiliki beberapa kekurangan sana-sini. Tetapi, bagaimana Jose Padhila masih membuat film ini menjadi sajian yang sangat menghibur untuk ditonton. Serta, bagaimana Jose Padhila bersama David Self memberikan satu gambaran bahwa tubuh Robot masih memiliki hati lembut milik manusia